POJOKJABAR.com, SUBANG – Gagal membina rumah tangga selama 2 kali pernikahan, membuat warga Desa Ciasem Tengah, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, SM, alami depresi.
Janda tanpa anak ini mengalami depresi cukup lama, yakni puluhan tahun. Selama itu, SM tinggal dengan ibunya, Musriah (70) di rumah yang tidak layak huni (rutilahu).
Rumah yang ditempati SM dan Musriah hanya berdinding bilik bambu yang sudah keropos, serta kondisi atap rumah bocor dan selalu kebanjiran saat musim hujan.
Musriah bercerita anaknya depresi sejak usia 18 tahun. Berbagai upaya Musriah lakukan untuk mengobati SM. Karena terbentur biaya, pengobatan tak berlanjut.
Maklum saja, Musriah hanya mencari rezeki lewat menjual kue dari orang lain dengan cara keliling kampung. Ia berjuang sendiri menghidupi dirinya dan anaknya tersebut.
“Kalau saya keliling kampung jualan kue, rumah dikunci dari luar agar anak saya tidak kabur, karena di rumah tidak ada siapa-siapa,” ujar Musriah, kemarin.
Musriah menjelaskan penghasilan dari jual kue hanya Rp20.000 hingga Rp30.000 per hari. “Itu hanya menjualkan dagangan orang lain bukan buatan sendiri,” kata Musriah.
Kisah derita yang dialami SM dan Musriah pun sampai ke telinga Kapolres Subang AKBP Sumarni. Tanpa buang waktu, AKBP Sumarni meluncur ke rumah Musriah.
Mantan Kapolres Sukabumi Kota tersebut selain menjenguk SM, juga sekaligus beri bantuan dan motivasi kepada Musriah agar selalu semangat dalam merawat SM.
“Perjuangan ibu untuk anaknya memang tak bisa dibalas oleh apapun. Mak Musriah tetap sabar dan kuat mengurus anaknya yang mengalami depresi,” ucapnya.
Untuk itu, SM agar segera dibawa ke rumah sakit jiwa (RSJ) untuk mendapatkan perawatan agar tidak membahayakan bagi masyarakat, serta bisa sembuh kembali.
AKBP Sumarni prihatin dengan Musriah dan anaknya tinggal di rutilahu. “Insya allah secepatnya saya dan masyarakat serta pemerintah desa akan bergotong royong merehab rumah Mak Musriah,” ujarnya.
Sementara itu, Kadinkes Kabupaten Subang dr Maxi mengatakan SM rencananya akan dibawa ke RSJ Cisarua Bogor, Kamis (4/5/2023). “Kami akan bawa SM ke RSJ,” ujarnya.
Langkah tersebut, menurutnya dilakukan agar masyarakat di sekitar tempat tinggal SM aman dan nyaman, karena informasinya SM kalau kambuh suka mengamuk.
Selain itu, tambahnya, agar SM bisa mendapatkan penanganan, sehingga bisa sembuh kembali. “Daripada di rumah, lebih baik diobati, agar sembuh,” ujarnya.
(zag/pojokjabar)